Saat “Mother Monster” menyentil Indonesia
Fauziah Zulfiana Basyaiban
Kabar akan Kedatangan sang “mother monster” (alias Lady gaga) ke Indonesia sempat menuai banyak tanggapan bahkan gugatan dari berbagai oknum di Indonesia, banyak yang mencela, menghakimi, dan tak sedikit yang parno dengan “konser iblis” yang rencananya akan digelar nanti, 3 Juni 2012 di Gelora Bung Karno.
Walau pada akhirnya konser tersebut “terpaksa” dibatalkan, gaungnya masih terasa sampai saat ini. Tentu saja bangsa kita dibuat terhenyak sesaat, bagaimana tidak, Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di Asia bahkan Dunia, Indonesia yang terkenal dengan adat timurnya yang kental, tiba-tiba meng-welcomekan kedatangan Diva pop kontroversial yang dikenal dengan penampilan panggungnya yang erotis, dan pakaian yang terkesan vulgar bahkan seronok.
Rakyat indonesia berbondong-bondong turun kejalan, mengangkat tinggi-tinggi poster bergambar mother monster tersebut dan meneriakkan kata “haram” dan “Go to hell” berkali-kali, tidak kurang dari itu, FPI (Front Pembela Islam) yang selama ini terkenal dengan Kelompok Islam bergaris “keras” memprotes kedatangan si Gaga yang sedianya akan ditonton lebih dari empat ribu penonton tersebut.
Pada satu sisi, kita patut berbangga hati, karena ternyata moral bangsa masih ada, bangsa masih peduli, dan masih mau tahu akan adab dan akhlak umat, yang sejak dulu sudah diagung-agungkan kanjeng Nabi SAW. Tapi disisi lain, kita bisa saja bersedih, apakah hanya saat kedatangan si Gaga saja Indonesia “terbangun” dan “tersadar”, apakah hanya karena “sentilan” kecil ini saja? Tapi lepas dicabutnya izin konser, masyarakat akan kembali lagi seperti sedia kala, tetap tidak peduli, dan tidak mau tahu terhadap moral bangsa?
Entahlah, seharusnya “sentilan” yang berhasil diberikan si Mother Monster ini menjadi renungan dan refleksi bagi seluruh unit masyarakat, tidak hanya bagi pihak kepolisian, Pemerintah, FPI, Masyarakat, tapi bahkan kepada Guru, orang tua, dan Murid.
Masyarakat kita saat ini telah terjebak dalam disorientasi, artinya…Kita semua masih bingung dengan Personality dan siapa jati diri bangsa kita ini. Bangsa yang dulu diperjuangkan para pahlawan dengan air mata, darah, bahkan nyawa.
Kita disibukkan dengan hal-hal sepele, seperti halnya Konser yang hanya habis dengan ditonton dalam waktu kurang dari empat jam, tapi kita pura-pura lupa terhadap pentingnya pendidikan yang akan menentukan masa depan generasi bangsa, kita juga pura-pura tidak tahu akan carut marutnya ekonomi bangsa yang hutangnya tinggi menggunung.
Sentilan Mother monster ini seharusnya bisa menjadi renungan bersama, bahwa masih banyak hal lain yang patut kita pikirkan dan kita cari solusinya bersama. Bagaimana kita mencari solusi atas kesenjangan sosial, biaya pendidikan yang semakin tinggi, rakyat kurang mampu, anak jalanan yang semakin banyak jumlahnya, bencana lumpur lapindo yang belum juga didapat jalan keluarnya. Sentilan inipun mengingatkan kita bersama, bahwa inilah saatnya Indonesia untuk bangkit dan menentukan jati dirinya. Sudah lebih dari enam puluh tahun Indonesia merdeka, dan ini merupakan waktu yang tidak sedikit untuk berbenah diri dan menetukan masa depan yang lebih baik bagi seluruh aspek masyarakat.
Persoalan bangsa Indonesia ternyata sangat kompleks, lumpur sidoarjo dan sentilan Lady gaga hanya sebagian kecil saja. Semoga semua pihak tidak terkurung dalam kekerdilan emosi, nafsu subyektif yang tak dikasih helm oleh akal sehat, dan tetap percaya pada masa depan kemanusiaan dan kasih sayang Allah, yang jauh lebih besar dibanding Presiden, DPR, MPRm dan bahkan Negara. Sehingga kdepannya, title “baldatun thoyyibatun warabbul ghofur, gemah ripah loh jinawi’ pantas disematkan dipundak Indonesia, Semoga.
Fazya Fauziah 